Sabtu, 22 September 2012

keajaiban wisata religi pariwisata dan budaya di kabupaten malang



Masjid besar Turen ternyata gak di bangun bangsa Jin tapi juga para santri pondok

Pernah denger ada masjid yang dibangun oleh jin di Turen? Yupz, itulah kontroversi yang terjadi di masyarakat. Ada yang mengatakan sebagai masjid tiban, tidak tau kapan bangunnya, kemudian tau-tau udah berdiri dengan megahnya. Belum lagi bentuknya yang menurut sebagian orang unik dan aneh.
Nah, pas hari sabtu, tanggal 25 Agustus 2012 aku ingin membuktikan kebenarannya, datang dengan cowokku dan temanku dari pada terus-terusan menjadi bahan fitnah yang berkepanjangan. Sebenarnya ini adalah sebuah bangunan pondok pesantren, namanya Bihaaru Bahri ’Asali Fadlaailir Rahmah. Bertempat di Jalan Wahid Hasyim, Gang Anggur, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Klo dari kota malang sekitar 22 KM, ato sekitar setengah jam perjalanan dengan kendaraan pribadi. Pertama kali masuk gang Anggur, sudah terlihat jelas bangunan yang menjulang tinggi dan cukup megah, sangat kontras dengan lingkungan di sekitarnya. Disamping kiri dan kanan jalan hanya ada rumah penduduk desa seperti kebanyakan. Jalan masuknya pun hanya cukup untuk satu mobil, sehingga jika bertemu mobil laen, salah satu harus mengalah dan berhenti di ujung jalan.


Begitu memasuki pintu gerbangnya, kita akan disuguhi uniknya ornamen yang menghiasi pos keamanannya. Pos berwarna orange tersebut dijaga seorang santri yang langsung menanyakan maksud kedatangan kita. Disamping pos tersebut ada sebuah guci raksasa dengan corak warna biru yang dibeberapa bagiannya ada kaligrafinya. Disisi lain bagian depan akan tampak di puncak bangunan yang lebih mirip seperti benteng di jaman romawi, tapi yang ini bercorak kaligrafi dan belum selesai pengerjaannya.

Tak salah jika ponpes ini akhir-akhir ini dijadikan salah satu tempat tujuan wisata religi. Terlepas dari ingin membuktikan kebenaran berita burung yang beredar, ponpes ini memang sangat layak untuk dikunjungi. Lihatlah bangunan yang berdiri megah dengan 10 lantai, dengan luas tanah sekitar 5 hekitare, membuat ponpes ini berbeda dengan ponpes kebanyakan. Belum lagi jika melihat fasilitas serba mewah yang ada di dalamnya. Untuk menuju ke lantai paling atas, disediakan lift, tapi masih belum bisa berfungsi. Belum lagi di beberapa sudut ruangan ada kamera CCTV yang setiap saat bisa memantau keadaan didalam ponpes.


Dibangun sejak tahun 1978, hingga saat ini bangunannya belum selesai 100%. Jadi tidak heran saat kesana masih terlihat beberapa orang yang bekerja. Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur di perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. Subhanallah...

Di bagian timur pondok terdapat papan tulis besar, yang berisi daftar  hadir santri yang bekerja. Waktu pengerjanya pun bisa siang hingga sore hari, ada juga malam hari, yang semuanya itu atas petunjuk Romo Kyai, sebutan pemilik ponpes. Tapi dengan semakin banyaknya pengunjung, para santri itu diberikan tugas tambahan sebagai penerima tamu, termasuk mengantarkan pengunjung ke berbagai lokasi ponpes. Akhir-akhir ini memang jumlah pengunjung semakin meningkat. Setiap hari lebih dari 500 orang dari berbagai daerah yang mengunjungi ponpes ini. Mereka datang dengan berbagai tujuan, mulai dari minta barokah Romo Kyai,  berobat, konsultasi masalah keluarga dan berbagai masalah yang dihadapi. Tapi kebanyakan untuk mengobati penasarannya.

Mungkin ini juga salah satu penyebab lamanya pembangunan ponpes ini. Tapi harus diakui juga, ini merupakan suatu bentuk kesabaran dan keikhlasan para santri dalam pengerjaannya. Tiap detil ornamen harus digarap dengan sangat sabar dan teliti. Ornamen yang sebagian besar berbentuk kaligrafi merupakan hasil karya para santri. Mereka membuatnya atas inisiatif dan gagasan sendiri. Selain pengerjaannya yang tidak mudah, sebagai tukang mereka juga tidak dibayar. Keikhlasanlah yang akhirnya menjadi oase di dalam hatinya. Dengan alat pertukangan yang sederhana dan proses belajar sendiri-sendiri dengan petunjuk dari Romo Kyai itulah yang akhirnya membuat santri-santrinya mempunyai spesialisasi ketrampilan. Dengan belajar langsung dalam pembangunan ponpes inilah para santri diajarkan kehidupan sehari-hari. Mereka diajak mengamalkan ajaran cinta kasih, bukan pahala, mengingat di pondok tersebut ada banyak orang dengan tabiat dan sifat yang beraneka ragam pula. Yang tujuan akhirnya agar mereka tersentuh hatinya. Itu memang sejalan dengan apa yang di ajarkan di ponpes tersebut, yaitu bagaimana menata hati dan bertafakkur mendekatkan diri pada Sang Pencipta dengan belajar sabar, riyadloh dan bersyukur. Tafakkur ini dilakukan di beberapa lokasi pondok, sesuai dengan petunjuk Romo Kyai.

Kembali ke bangunan ponpes. Di dalamnya pun kita akan dibuat takjub dengan kemewahannya. Seperti puluhan aquarium dengan ikan yang beraneka warna berjajar di lantai bawah tanah. Ponpes ini sepertinya memang dirancang sebagai wisata religi, jadi meskipun lift-nya belum bisa berfungsi, tapi masih ada anak tangga, dan beberapa sudut ada tempat untuk beristirahat. Tempat istirahatnya pun gak sembarangan, seperti kursi yang terbuat dari kayu jati dengan bentuknya yang unik, belum lagi ada tempat duduk yang dibagian atasnya ada ornamen kaligrafi dengan warna kuning keemasan, simbol kemewahan.

Di halaman samping ada semacam kebun binatang mini. Penghuninya pun beraneka ragam, seperti burung merak, rusa, monyet, burung dara, dan lain-lain. Setelah melewati kebun binatang mini, kita akan disuguhi kolam yang lengkap dengan perahunya yang bisa digunakan siapa saja dengan meminta ijin dulu ke santri yang menjaganya. Di bagian atas pun ada beberapa stan penjual peralatan sholat ataupun foto-foto ponpes tersebut. Di bagian lain pondok tampak berjajar kamar-kamar santri, tapi dibedakan lokasinya yang pria dan wanita, dan dibagi lagi yang masih bujang dan sudah berkeluarga. Di salah satu lantai bangunan ponpes tersebut kita akan diperlihatkan beberapa foto perkembangan kondisi bangunan dari tahun ke tahun. Foto pertama menunjukkan kondisi ponpes tahun 1992. foto berikutnya menyebutkan tahun yang lebih muda, hingga foto terakhir menggambarkan kondisi bangunan ponpes tahun 2004.
Di bagian dalam ada beberapa musholla. Untuk laki-laki terpisah dari musholla wanita. Beberapa bagian masih terlihat pengerjaan yang belum selesai, tapi sudah bisa digunakan. Meskipun belum selesai, tapi kamera CCTV sudah terpasang di bagian dalam musholla. Yang unik adalah jalan menuju ke musholla ini dan tempat wudhu. Dengan suasana yang agak gelap, kita harus melewati beberapa lorong yang hanya cukup untuk dua orang saja. Jika salah masuk lorong, dijamin tidak akan sampai ke musholla. Ini juga mungkin yang membuat ponpes ini unik dan menarik buat dikunjungi.

Nah, di akhir kunjungan kita diminta mengisi pendapat tentang ponpes ini. Berbagai komentar pun ada, yang kebanyakan menyatakan kekaguman akan bangunan ponpes ini. Bahkan ada yang mengaku tersentuh hatinya ketika memasuki sebuah ruangan. Yang menarik, setelah kita menuliskan pendapat, ada satu papan yang didalamnya dipasang beberapa kliping berita di surat kabar tentang ponpes ini. Disitu juga ada bantahan bahwa ponpes ini dibangun oleh bangsa jin.

 Setelah berkeliling, akhirnya aku pun bisa mengambil kesimpulan , jika ponpes ini bukan dibangun oleh bangsa jin, seperti yang banyak dibicarakan orang. Aku sih bisa memahami, karena bangunan ini sangat megah dan mewah, dan berada di perkampungan penduduk desa. Mungkin yang bisa jadi bahan renungan buat kita adalah, jika kita mempunyai uang banyak, akan kah terbersit di pikiran untuk membuat bangunan semegah dan semewah ponpes ini? Banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapat dari pembangunan ponpes ini. Yang paling penting adalah bahwa hanya dengan sebuah keikhlasan lah yang menjadi pondasi utama bangunan megah ini.  Semoga kita mengambil hikmah dari ini semua. Amin... Klo mo liat foto2nya juga ada kok, liat aja di gallery fotoku,, suatu hari nanti saya ingin berkunjung kesana lagi selain untuk beribadah dan rekreasi tetapi juga sebagai penelitian ilmiah maupun non ilmiah.

jadilah yang pertama di antara teman anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar